Selasa, 28 Mei 2013

Mendengar Lantunan Tembang Sungai Gangga 05



Ada seorang penderita kanker hidung dan tenggorokan, tumornya telah membesar sehingga dia sulit untuk bernafas dan sungguh tersiksa. Sebelum ajal, dia membangkitkan niat untuk bervegetarian, dan berkata padaku : ”Dokter Guo, bila penyakitku ini tidak memiliki harapan lagi, tolong doakan agar saya bisa lebih cepat sampai di negeri Buddha Amitabha”. Kanker jenis ini bila segera diobati dari awal, harusnya memiliki kemungkinan sembuh yang sangat besar, namun pasien ini memang sudah terlambat ketika menyadarinya.

Suatu malam dia kesulitan bernafas dan kebetulan saya sedang tidak bertugas, para dokter berusaha menyelamatkan nyawanya namun gagal. Keesokan paginya saya baru masuk kerja dan saat itu dia telah meninggal dunia, keluarganya mengurus administrasi untuk keluar rumah sakit.  Ketika melihat jasadnya terbaring, hatiku sempat berduka, saya mengatakan padanya : “Dalam kehidupan yang begitu singkat ini, dan telah merasakan berbagai penderitaan, anakmu yang masih kecil dan suamimu, bukan menjadi urusan anda lagi, kini lepaskanlah segalanya, ikutilah saya melafal Amituofo, ikutilah Buddha Amitabha ke Alam Sukhavati”. Kemudian saya berada di sampingnya dan melafal Amituofo, semoga Buddha Amitabha ber maitri karuna menuntun nya.  Tiba-tiba dia mengalirkan airmata, saya segera memanggil para suster untuk datang melihatnya, saya berkata : “Menurut ilmu kedokteran seorang manusia yang telah dinyatakan mati dan pernafasan juga telah berhenti, denyut jantung juga sudah tidak ada lagi, tekanan darah juga tidak ada lagi, semua sudah tak ada lagi, namun menurut ajaran Buddha, setelah seseorang itu wafat, karena kemelekatan, kesadaran nya masih belum meninggalkan jasadnya, rata-rata memerlukan waktu 8 jam  barulah meninggalkan jasadnya, karena itu kita harus memperlakukan jasad  almarhum dengan baik”.

Namun pada masa sekarang bila wafatnya di rumah sakit, pada umumnya takkan mengizinkan kita menaruh jasad selama 8 jam agar kita bisa melafal Amituofo untuknya, hal ini sungguh disesali. Namun sebagai umat Buddha kita harus memperhatikan bahwa saat menjelang ajal adalah saat yang sangat penting. Karena ketika manusia akan menghembuskan nafas terakhir, pada detik kematiannya, empat unsur akan terpisah sangat menderita, kesadaran yang akan terlepas dari tubuhnya terasa ibarat kura-kura yang akan terlepas dari cangkang nya, begitu menderita, pada saat begini janganlah menyentuhnya, lebih baik membantunya melafal Amituofo, menuntun nya, agar membangkitkan pikiran benar melafal Amituofo, agar dia dapat memunculkan sukacita bertekad terlahir ke Alam Sukhavati, jika tidak, maka akan mengikuti karma bertumimbal lahir. Walaupun anda adalah seorang presiden, atau raja juga sulit terhindar dari tumimbal lahir!

Di sini saya memperingatkan praktisi sekalian agar bila bertemu ada sanak keluarga, kerabat atau teman……sampai anda sendiri, harus diperhatikan, sebelum ajal tiba harus melafal Amituofo dan setelah ajal juga harus melafal Amituofo selama 8 jam, asalkan memiliki tekad dan keyakinan yang menyeluruh,  Buddha pasti datang menuntun dan menjemput. Selama 8 jam ini pula janganlah menyentuh dan memindahkan jasadnya. Bila anda penderita penyakit parah atau pernah merawat pasien penyakit parah, tentunya bisa memahami ketika terbaring tak berdaya, ketika orang lain membantumu memakaikan pakaian, atau membalikkan tubuhmu, tentunya akan sakit sekali, pikiran pun jadi galau.

Sebagian orang menganggap melafal Amituofo adalah untuk mengantar orang mati, sebenarnya Buddha Amitabha adalah cahaya tanpa batas dan usia tanpa batas, tujuan kita melafal Amituofo untuk penderita penyakit parah adalah bila ajalnya belum sampai, melafal Amituofo mengandalkan kekuatan pemberkatan dari Buddha, menghapus malapetaka dan memperpanjang usia, sebaliknya bila ajalnya telah tiba, maka Buddha Amitabha akan menjemputnya ke Alam Sukhavati, setelah mencapai KeBuddhaan kembali menyelamatkan semua makhluk.

Banyak pasien yang pernah saya temui, di mana ilmu kedokteran telah memastikan telah meninggal dunia, namun setelah beberapa jam kemudian, dari hidungnya keluar darah, atau mengalirkan airmata, maka itu saya sangat yakin pada anjuran para sesepuh terdahulu yang mengatakan bahwa jasad jangan disentuh dan dipindahkan sebelum 8 jam, serta membantunya melafal Amituofo. Semoga anda sekalian juga tidak meremehkan anjuran ini, jika tidak, maka akan merupakan kesalahan yang sulit ditebus.

Dikutip dari ceramah Master Dao-zheng --- Mendengar Lantunan Tembang Sungai Gangga