Minggu, 02 Juni 2013

Kelompok Gangster Berubah Menjadi Pesamuan Kolam Teratai 025



Bara api berubah menjadi teratai merah (bagian 5 - Tamat)


“Kami adalah praktisi Nian-fo, mana boleh demi keuntungan dan mencelakai anak orang lain”.

Walaupun tidak kaya, namun tindakan harus tetap suci, mulia dan harum!  .


Bagi pasien penderita kanker, tentunya tak terhindari dari tekanan karena kesulitan keuangan, ada yang mengetahui kondisinya demikian maka mengajaknya buka toko mainan elektronik (game), kabarnya akan menghasilkan pemasukan yang besar. Dia memberitahukan saya : “Dia ingin menguji bagaimana pemikiran suaminya, maka sengaja menanyakan pendapat suaminya, akhirnya sungguh membuat orang jadi terhibur, suaminya menjawab dengan nada serius : “Kita adalah praktisi Nian-fo, kita sendiri saja takut kalau anak-anak kita dipengaruhi mainan game, mana boleh mencelakai anak orang lain?”.


Saya (Master Dao-zheng) begitu mendengarnya langsung beranjali pada mereka, karena dalam kondisi yang begitu terpuruk, hati mereka masih begitu suci, mulia dan harum! Betapa banyaknya keluarga penderita kanker  yang karena dalam kondisi terpuruk akhirnya terperangkap ke dalam kegelapan, namun keluarga mereka karena penyakit kanker ini justru mengarahkan diri kepada Buddha, belajar ajaran Buddha, mengubah bara api menjadi bunga teratai merah yang harum dan suci, sebuah teladan bagi semua insan yang menderita.


Dokter memujinya sebagai pusaka negara.


Ada seorang dokter yang mengetahui kondisi penyakitnya selama 10 tahun, dengan rasa terimakasih dia berkata : “Ini adalah pusaka negara!” Ada lagi dokter yang mengatakan padanya : ” Anda seharusnya sejak awal telah wafat, mengapa masih bisa hidup sampai saat ini?” Lagipula berat badannya dari 34 kg bisa kembali menjadi 50 kg, dan hidup dengan baik. Dokter bertanya padanya : “Obat apa yang telah anda makan?” Dia menjawab : ”Saya tidak makan obat, hanya melafal Amituofo saja”.


Saya kelebihan satu kaki


Ketika berbelanja di pasar, orang lain yang melihatnya menggunakan dua tongkat penyangga, maka bertanya padanya : “Kamu sudah kehilangan satu kaki, masih bisa datang berbelanja?”  Dia menjawab : “Saya kelebihan satu kaki, bukan kekurangan satu kaki”. Masih ada yang bertanya padanya : ”Bagaimana cara anda sehingga dapat keluar dari pintu penderitaan ini?” Dia menjawab : “Mungkin ini adalah kekuatan yang diberikan Buddha Amitabha dan guru”.


Dalam keyakinan melafal Amituofo, kita selalu berada dalam kebersamaan.


Melihat sepasang suami istri yang dapat menaklukkan setiap cobaan yang menimpa diri mereka, juga merasa iba ingin membantu pasien lain, bayangan mereka, sehingga kita dapat merenungkan :


Semangat Bodhisattva : “Semoga semua makhluk terlepas dari penderitaan, tidak memohon kebahagiaan bagi diri sendiri”.


Kami sangat ingin berbagi dengan anda sekalian syair berikut ini ~~


“Ketika anda menangis, ketahuilah Saya juga sedang meneteskan airmata,
ketika anda sedang bergembira, ketahuilah Saya juga sedang bersukacita,
tak peduli kapan dan di mana, dalam keyakinan melafal Amituofo,
kita akan berada dalam kebersamaan dengan para Buddha dan Bodhisattva”.


“Ketika anda menyendiri, tidak seharusnya berpikir bahwa anda hanya seorang diri,
harusnya berpikir ada dua insan;
ketika anda tinggal berdua, harusnya berpikir ada tiga insan;
masih ada yang satu yakni Buddha Amitabha,
ke manapun anda pergi, Buddha akan mengikutimu sampai mana..............”


Tamat


Dikutip dari Ceramah Master Dao-zheng :
Kelompok Gangster Berubah Menjadi Pesamuan Kolam Teratai